inflasi dan pengangguran - INFLATION AND UNEMPLOYMENT (Perekonomian indonesia)




 

 
(inflasi dan pengangguran)

 

 

 
KATA PENGANTAR

 

 
Segala puji bagi Allah SWT karena dengan karunia-Nya tugas
Perekonomian Indonesia mengenai materi pengangguran dan inflasi dapat diselesaikan.
Salawat dan salam tak lupa saya haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang mana karena beliaulah kita dapat merasakan ilmu pengetahuan.
Terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini baik bantuan materi ataupun non materi sehingga tugas ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Terutama kepada dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga saya lebih memahai mengenai permasalahan pengangguran dan inflasi.
Tak ada gading yang tak retak, di dunia ini tidak ada yang sempurna, oleh karena itu saya harapkan masukan perbaikan demi memperbaiki tugas selanjutnya.
Semoga tugas
ini dapat memberikan manfaat, khususnya pada diri saya sendiri dalam memahami dan mengikuti perkuliahan Perekonomian Indonesia.
          
 
                                Pekanbaru, November 2011        

 

 
                                     Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
DAFTAR ISI

 
KATA PENGANTAR        2
DAFTAR ISI        3
PENDAHULUAN        4
PEMBAHASAN        6
  • INFLASI         6
    Defenisi Inflasi        6
    Jenis Inflasi        6
    Dampak Inflasi        9
    Sumber-Sumberl Inflasi        10
    Tingkat Bunga versus Inflasi        10
    Faktor-faktor Inflasi        10
    Cara Mencegah Inflasi        13
  • PENGANGGURAN        14
    Pengertian Pengangguran        14
    Jenis-jenis Pengangguran        14
    Sebab Terjadinya Pengangguran        15
    Dampak-dampak Pengangguran terhadap Perekonomian        15
    Kebijakan Kebijakan Penangguran        16
PERMASALAHAN        18
    KONDISI INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA        18
        Inflasi di Indonesia        18
        Pengangguran di Indonesia        23
        Kaitan Masalah Inflasi dan Pengangguran        30
KESIMPULAN         32
DAFTAR PUSTAKA        33

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
BAB I
PENDAHULUAN

 
  1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dalam bidang perekonomian, dimana masih banyak menghadapi bermacam-macam masalah. Baik itu masalah inflasi dan masalah pengangguran yang saling berkaitan antara satu dan lainnya. Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus. Dari pengertian tersebut maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah ekonomi yang dihadapi suatu negara. Bagi negara yang perekonomiannya baik, tingkat inflasi yang terjadi berkisar antara 2 sampai 4 persen per tahun. Tingkat inflasi yang berkisar antara 2 sampai 4 persen dikatakan tingkat inflasi yang rendah. Selanjut tingkat inflasi yang berkisar antara 7 sampai 10 persen dikatakan inflasi yang tinggi. Namun demikian ada negara yang menghadapai tingkat inflasi yang lebih serius atau sangat tinggi, misalnya Indonesia pada tahun 1966 dengan tingkat inflasi 650 persen. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi.
Dengan diberlakukannya UU No.23 Tahun 1999 tersebut, sejak tahun 2000 Bank Indonesia pada mulanya menetapkan sasaran inflasi pada awal tahun yang akan dicapinya untuk tahun yang bersangkutan. Sasaran ditetapkan untuk inflasi yang diukur dengan indeks harga konsumen (IHK) dengan mengeluarkan dampak dari kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan. Didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1) inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation) dan 2) inflasi desakan biaya (cost-push inflation) 3) inflasi karena pengaruh impor (imported inflation).
Sedangkan masalah pengangguran di indonesia yang belum juga terpecahkan dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang hanya dapat mengurangi sebagian kecil pengangguran, sedangkan masih banyak pengangguran yang masih belum meiliki pekerjaan.
Oleh dari itu maka penulis mencoba mengambil judul makalah tentang permasalahan "inflasi dan pengangguran di indonesia."

 

 

 

 
  1. Identifikasi Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka penulis mencoba untuk mengidentifikasikan permasalah yang lebih mendalam mengenai inflasi dan pengangguran dimana mencakup:
  1. Mengetahui tentang penyebab terjadinya inflasi dan pengangguran
  2. Bagaimana cara menanggulangi permasalah mengenai inflasi dan pengangguran.

     
    1. Tujuan Penulisan Makalah
Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini yakni:
  1. Mendefinisikan pengertian dari inflasi dan pengangguran
  2. Mendefinisikan jenis serta pembagian dari inflasi dan penganguran
  3. Menjelaskan mengenai permasalah inflasi dan pengangguran yang terjadi di indonesia
    1. Menjelaskan bagaimana cara menanggulangi permasalah inflasi dan pengangguran
    2. Menarik kesimpulan mengenai pembahasan tentang inflasi dan pengangguran

       
  1. Metode Pengumpulan Bahan
    Materi dalam pembahasan makalah ini dikumpulkan berdasarkan sumber referensi buku serta memanfaatkan teknologi seperti dara dari internet.

     

 


 


 


 


 


 


 


 


 

 

 
BAB II
PEMBAHASAN
  1. INFLASI
    DEFINISI INFLASI
    Adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum batang secara terus – menerus selama satu periode tertent. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
    Infalsi meunjukkan kenaikan dalam tingkat harga umum. Laju inflasi dapat di ukur dengan rumus sebagai berut:
    Tingkat harga (tahun t) – tingkat harga (tahun t-1)
    X 100
    Tingkat harga (tahun t – 1)

     
    Secara konseptual tingkat harga diukut sebagai rata-rata tertimbang dari barang-barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam prakteknya kita menukur tingkat harga keseluruhan dengan mebuat indeks harga yang merupakan rata-rata harga konsumen atau perodusen. Indeks harga adalah rata-rata tertimbang dari harga sejumlah barang dan jasa.
    Kenaikan harga ini diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mngukur inflasi antara lain :
    1. Indeks biaya hidup (consumer price index),
      Indeks biaya hidup mengukur biaya atau pengeluran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup.
    2. Indeks harga perdagangan besar (wholesale pirce index),
      Indeks perdangangan besar meniti beratkan pada sejumlah barang pada tingkat pedangangan besar.
    3. GNP deflator.
      GNP deflator adalah jenis indeks yang lain. Berbeda dengan dua indeks di atas, dalam cakupan barangnya. GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang mencangkup dalam perhitungan GNP, jadi lebih banyak jumlahnya bila dibanding dengan dua indeks di atas GNP deflator diperoleh dengn membagi GNP nominal (diatas harga Berlaku) dengan GNP rill (atas dasar harga konstans)
      GNP deflator = GNP Nominal x 100
                 GNP Riil

 
JENIS INFLASI
Inflasi dapat digolongkan menjadi berikut ini :
  1. Penggolongan didasarkan pada parah tidaknya inflasi
    1. Inflasi ringan (dibawah 10% setahun). Inflasi ringan atau disebut juga dengan Inflasi moderat, ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara melambat atau biasa disebut dengan inflasi satu digit per tahun.
    2. Inflasi sedang (antara 10-30% setahun).
    3. Inflasi berat(antara 30%-100% setahun). Inflasi ganas, inflasi dalam dua digit atau tiga digit seperti 30, 200 atau 300 persen per tahun. Jika inflasi ganas timbul maka timbullah gangguan-gangguan yang serius terhadap perekonomian. Dalam kondisi ini uang kehilangan nilaina dengan sangat cepat, tingkat bunga ril dapat mencapai -50 atau -100.
    4. Hiperinflasi (diatas 100% setahun). Apabila inflasi ini terjadi maka tidak ada segi baik perekonomian pasar, apabila harga-harga meningkat jutaan atau bahkan treliunan persen pertahun.

       
  2. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya
    1. Demand-pull inflation
      adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat besar dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kenaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). Dengan tingkat pertumbuhan yang pesat/tinggi mendorong peningkatan permintaan sedangkan barang yang ditawarkan tetap karena kapasitas produksi sudah maksimal sehingga mendorong kenaikan harga yang terus menerus.
    2. Cost-push inflation
      Inflasi desakan biaya (Cost-push Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. Sedangkan inflasi karena pengaruh impor adalah inflasi yang terjadi karena naiknya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga terjadi kenaikan harga umum di dalam negeri. Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi ini dapat timbul karena beberapa factor diantaranya:
  • Perjuangan serikat buruh yang berhasil untuk menuntu kenaikan upah
  • Suatu industri yang sifatnya monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk menentukan harga (yang lebih tinggi). Kenaikan harga bahan baku industri.
  1. Inflasi campuran
    Kedua macam inflasi yang dibahas diatas jarang sekali dijumpai dalam praktek yang murni.

     
Macam Inflasi berdasarkan penyebabnya ini dapat ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

a)     demand inflation             b) cost inflation

  1. Penggolongan inflasi didasarkan pada asal inflasi
    1. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) : inflasi ini semata-mata disebabkan dari dalam negeri.adapun penyebabnya antara lain misalnya karena deficit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, kenaikan upah, gagal panen dan lain-lain.

 

 
  1. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). : inflasi ini disebabkan karena naiknya harga barang-barang impor.hal ini terjadi karena biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau karena adanya kenaikan tariff impor barang.

 
DAMPAK INFLASI
Beberapa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut:
  • Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan
    Dampak terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seorang yang memperoleh pendapatan tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedang laju inflasi sebesar 10%, akan menderita kerugian penurunan pendapatan riil sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp. 50.000,00.
  • Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
    Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.
  • Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
    Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu kepada masyarakat :
    • Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
    • Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
    • Memperburuk pembagian kekayaan.
  • Berpengaruh langsung terhadap aktiva dan kewajiban masyarakat
  • Adanya penyesuaian suku bunga riil
  • Pengaruh terhadap tingkat bunga output secara keseluruhan
  • Dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi
    Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu sehingga mengakibatkan alokasi factor produksi menjadi tidak efisien.
SUMBER-SUMBER INFLASI
  • Inflasi inersial
    Dalam perekonomian industri modeen, inflasi sangat bersifat inersial artinya inflasi akan bertahan pada ringkar yang sama sampai kejadian-kejadian ekonomi menyebabkan untuk berubah. Inflasi ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang sepanjang yang diperkitakan banyak orang bahwa laju inflasi tetap sama.
  • Inflasi Tarikan Permintaan
    Inflasi tarikan permintaan terjadi apaila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik hingga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan agregat. Salah satu teori inflasi tarik permintaan yang berpengaruh menyatakan bahwa jumlah uang beredar adalah determinan utama inflasi. Alasan dibalik perndekatan ini adalah bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar meningkatkan permintaan agregatif, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat harga.
  • Ekspektasi inflasi inersial
    Sebagaian harga-harga dan upah ditetapkan dengan melihat kondisi perekonomian dimasa yang akan datang. Pada saat harga-harga dan upah meningkat secata cepat dan diperkirakan akan terus demikian, dunia usaha dan para pekerja cenderung akan memasukkan laju inflasi yang cepat kedalam keputusan harga dan upah mereka. Ekpektasi inflasi yang tinggi atau rendah cenderung akan dengan sendirinya memenuhi ramalan-ramalan tersebut.

 

 
TINGKAT BUNGA VERSUS INFLASI
Pada umumnya peningkatan permintaan agregat yaitu pergeseran kurva AD ke kanan akan meningkatka harga dari tingkat sebelumnya, dengan anggapan faktor-faktor lainnya tidak berubah. Kekuatan inflasi dapat menurunkan tingkat harga dibawah tingkat yang seharusnya tercapai. Meskipun demikian karena momentum biaya dan harga, perekonomian kemungkinan tetap mengalami inflasi meskipun sedang menghadapi guncangan kontraktif tersebut. Pedoman ini merupakan kunci pemahaman mengenani gejala stagflasi atau inflasi tinggi dalam periode pengagguran tinggi. Sepanjang unsur-unsur unersial besamaan dengan laju inflasi yan g tinggi (meskipun dengan tingkat inflasi dibawah tingkat inersial sebelumnya.

 
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFLASI
  1. Penawaran uang (jumlah uang yang beredar)
    Pengertian uang yang paling sederhana adalah uang kertas dan uang logam yang ada ditangan masyarakat. Uang tunai ini desebut uang kartal (currency). Para ekonomi klasik cenderung mengartikan
    uang beredar sebagai currency karena uang yang benar-benar merpakan daya beli yang langsung dapat digunakan dan langsung mempengaruhi harga barang-barang. Dengan perkembangan peranan bank dalam perekonomian maka pengertian uang beredar sebagai uang kartal sudah diringgalkan. Saldo rekening giro mempunyai setatus yang sama dengan currency dan harus dimasukkan kedalam uang beredar. Ketidak seimbangan antara permintaan dan penawaran uang akan menyebabkan inflasi. Jika penawaran uang terlalu banyak maka inflasi akan meningkat, sebaliknya jika penawaran uang terlalu sedikit maka akan terjadi deplasi. Keseimbangan antara permintaan dan pernawaran terhadap uang dijelaskan dalam teori kuantitas dari iriving fisher:

     
    MV=PT

     
    Dimana:
    M (Money)     : jumlah uang yang beredar di masyarakat tersiri dari uang kartal dan uang giral
    V (Velocity)    : kecepatan peredaran
    P (price)     : harga dari output
    T (trade)     : jumlah ourput yang diperdagangkan

     
  2. Pendapatan Nasional
    Pendapatan nasional adalah total nilai barang akhir dan jasa uang dihasilkan oleh suatu nergara dalam kurun waktu tertentu (1 tahun). Indonesia menggunakan GDP untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonominya (pendapatan Nasional). GDP menunjukkan nilai seluruh output atau produk dalam perekonomian suatu nefata. Dengan kata lain GDP dapat didefenisikan sebagai nilai uang berdasarkan harga pasar dari semua barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Secara umum ada 3 pendekatan yang digunakan untuk menghitung besarnya pendapatan nasional yang secara teoritis akan menghasilkan angka yang sama. Metode tersebut antara lain:
  • Metode produksi
    Metode ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat atau nefara pada periode tertentu. Namun dalam perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode produksi dimungkinkan terjadinya perhitungan ganda. Maka ada dua cara menghindari yaitu menghitung nilai akhir dan/atau menghitung nilai tambah, dimana besarnya angka yang diperoleh dari kedua cara perhitungan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
  • Metode pendapatan
    Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dengan suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu, yang berupa pendapatan dari sewa, bunga upah, keuntungan dan lain-lain. Angka yang diperoleh dari perhitungan pendapatan nasional dengan menggunakan metode ini menujukkan besarnya pendapatan nasional.
  • Metode pengeluaran
    Pengunaan metode ini untuk menghitung pendapatan nasional dilakukan dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi yaitu sektor rumah tangga, sektor perusahan, pemerintah dan luar negeri suatu masyarakat atau pada periode tertentu. Seperti pengangguran, inflasi juga menimbulkan beberapa akibat buruk kepada individu, masyarakat dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pembangunan ekonomi jangka panjang akan menjadi terganggu jika inflasi tidak dapat dikendalikan. Inflasi yang bertambah serius cenderung untuk mengurangi investasi yang produktif, mengurangi ekspor dan menaikkan impor. Kecenderungan ini akan meperlambat pertumbuhan ekonomi. Negara yang inflasinya tinggi menyebabkan daya beli masyarakat menjadi rendah. Daya beli masyarakat rendah menunjukkan pendapatan nasional negara tersebut menurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan nasional berpengaruh terhadap inflasi yaitu jika pendapatan nasional naik tingkat inflasi juga naik dan sebaliknya jika pendapatan nasional turun maka inflasi juga turun.
  1. Nilai Tukar Rupiah
    Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai mata uang rupiah adalah harga rupiah per satu unit dollar AS. Ada 3 pendekatan untuk menentukan nilai tukar, yaitu:
  • Pendekatan neraca pembayaran
  • Pendekatan moneter
  • Pendekatan keseimbangan portopolio
  1. Tingkat Suku Bunga SBI
    SBI (Sertifikat Bank Indonesia) adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk kebijakan open market operation dari bank Sentral (BI). Tindakan open market operation meliputi tindakan menjual dan membeli surat-srat berharga oleh bank sentral. Tindakan pembelian dan penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga) surat berharga. Akibatnya bunga umum juga akan terpengaruh. Berarti tingkat suku bunga ditetapkan oleh pemerintah melalui bank sentral. Kenaikan tingkat suku bunga akanSBI akan menyebabkan kenaikan tingkat suku bunga surat berharga pasar uang (SBPU). Selain tingkat suku bunga bank umum juga mengalami kenaikan. Hal ini mengakibatkan konsmen khususna investoe tidak tertarik untuk meminjamkan modal dari bank umum. Kondisi yang demikian ini menyebabkan bahan kebutuhan umum banyak yang diimpor sementara jumlah ekspor relatif lebih kecil. Yang pada akhirnya mengakobatkan terjadinya inflasi. Ini berarti kenaikan tingkat suku bunga SBI menyebabkan tingkat inflasi bertambah.

     
CARA MENCEGAH INFLASI
Dengan menggunakan Irving Fisher MV = PT, dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T. Oleh karena itu maka untuk mencegah terjadinya inflasi maka salah satu variabel (M atau V) harus dikendalikan. Cara mengatur variabel M,V dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal atau kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi.
  1. Kebijaksanaan Moneter
    Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar (M). Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposito). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara pertama apabila seseorag memasukkan uang kas ke bank dalam bentuk giro kemudian yang kedua apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Instrumen lain yang dapat dipakai untuk mencegah inflasi adalah politik pasart terbuka (jual/beli surat berharga). Dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih rendah.
  2. Kebijaksanaan Fiskal
    Kebijaksanaan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
  3. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output
    Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang didalam negeri cenderung menurunkan harga.
  4. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
    Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga,serta medasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji / upah secara riil tetap). Kalau indeks harga naik maka gaji / upah juga dinaikan.

     

     
  5. PENGANGGURAN
    PENGERTIAN PENGANGGURAN
    Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.

     
    JENIS-JENIS PENGANGGURAN
    Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
    1. Pengangguran Terselubung
      (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
    2. Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
    3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

       
    Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :
    1. Pengangguran konjungtural
      (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
    2. Pengangguran struktural
      (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran struktuiral bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
  • Akibat permintaan berkurang
  • Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
  • Akibat kebijakan pemerintah
  1. Pengangguran friksional
    (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela.
  2. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
  3. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
  4. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).

     

 
SEBAB-SEBAB TERJADINYA PENGGANGURAN
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut:
  • Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
    Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi.
  • Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang
  • Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang
    Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.
  • Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia
  • Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang
    Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya.

     

     
DAMPAK-DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN
Untuk mengetahui dampak pengganguran terhadap per-ekonomian kita perlu mengelompokkan pengaruh pengganguran terhadap dua aspek ekonomi , yaitu:
  • Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara
        Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan. Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
    • Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.
    • Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sector pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian me-nurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.
    • Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menye-babkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu.
  • Dampak pengangguran terhadap Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat
        Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:
    • Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian
    • Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan
    • Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan social politik.

 
KEBIJAKAN – KEBIJAKAN PENGANGGURAN
Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sbb :
  • Cara Mengatasi Pengangguran Struktural
        Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah :
    • Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja
    • Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sector ekonomi yang kekurangan
    • Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan
    • Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
  • Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
        Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sbb:
    • Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya
    • Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru
    • Menggalakkan pengembangan sector Informal, seperti home indiustri
    • Menggalakkan program transmigrasi untuk me-nyerap tenaga kerja di sector agraris dan sector formal lainnya
    Pembukaan proyek-proyek umum oleh peme-rintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
  • Cara Mengatasi Pengangguran Musiman.
    Jenis pengangguran ini bisa diatasi dengan cara :
    • Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sector lain, dan
    • Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
  • Cara mengatasi Pengangguran Siklus
    Untuk mengatasi pengangguran jenis ini adalah :
    • Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, dan
    • Meningkatkan daya beli Masyarakat.

     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
PERMASALAHAN
KONDISI INFLASI DAN PENGANGGURAN DI INDONESIA

 

 
INFLASI DI INDONESIA
Peningkatan koordinasi pemerintah dan bank indonesia dalam mengendalikan laju inflasi dengan menjaga kestabilan nilai rupiah, menjamin tersedianya dan lancarnya pasokan dan distribusi kebutuhan bahan pokok, menurunkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi dan meminimalkan gejolak harga yang berasal dari kebijakan administrated price terlihat membuahkan hasil. Laju inflasi kumulatif selama januari-mei 2006 sebesar 2,41 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2005 (3,76%) dan tahun 2004 (2,80%). Sementara itu, bila dilihat dari komponen inflasi, selama 5 bulan pertama tahun 2006, inflasi ini tercatat sebesar 2,40%, inflasi administered prices sebesar 0,86%, dan inflasi vslstile foodd sebesar 5,10%.
Dilihat dari perkembangan inflasi bulan per bulan selama lima bulan pertama tahun 2006, laju inflasi kumulatif pada bulan januari 2006 sebesar 1,36%, lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,43%. Dalam bulan januari 2006, berdasarkan komponennya, inflasi inti tercatat sebesar 0,72%, inflasi valatile foods sebesar 5,59%, dan inflasi administrated price sebesar 0,006%.
Hal ini menunjukkan bahwa inflasi pada bulan januari 2006 lebih disebabkan oleh inflasi dalam valatile foods. Seiring dengan datangnya musim panen di beberapa daerah pada bulan februari, maret, dan april 2006, harga bahan makanan seperti beras, bumbu-bumbuan, sayur-sayuran, daging, dan telur ayam ras dan lainnya mengalami penurunan dibanding bulan januari 2006. Laju inflasi pada bulan februari, maret dan april 2006 masing-masing sebesar 0,58%, 0,003% dan 0,005%, atau inflasi y-o-y (year of year-inflasi tahunan) masing-masing sebesar 17,92%, 15,74% dan 15,40%. Sementara itu inflasi inti pada bulan februari, maret, dan april masing-masing mencapai 0,63%, 0,28% dan 0,32%.
Pada bulan mei 2006 beberapa kelompok barang menunjukkan peningkatan indeks harga antara 0,07% sampai dengan 2,03%. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok sedang, dan terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan cukup tajam antara lain adalah emas perhiasan, bawang putih, beras, daging ayam ras, tarif kontrak rumah, bensin untuk industri dan lainnya. Dengan meningkarnya harga barang-barang tersebut laju inflasi bulan mei 2006 mencapai 0,37% atau y-o-y sebesar 15,60%. Sedangkan inflasi inti pada bulan mei tercatat sebesar 0,44%.
Menurut gubernur bank indonesia, meredanya tekanan inflasi disebabkan oleh penundaan kenaikan tarid dasar listrik dan nilai tukar rupiah serta masih melemahnya inflasi yang bersumber dari interaksi antara permintaan dan penawaran. Gubernur juga menyatakan bahwa tekanan harga akibat kenaikan harga BBM pada bulan oktober 2005 diperkirakan menyebabkan laju inflasi IHK bertahan pada leberl yang tinggi sampai triwulan III-2006. Pada triwulan IV-2006 pengaruh tekanan harga tersebut diperkirakan akan berakhir, dan dengan mempertimbangkan belum kuatnya permintaan domestik inflasi, diakhir 2006 inflasi IHK diperkitakan mencapai dibawah level 8% atau masih dalam kisaran inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu 8%±1%

 
Laporan Inflasi
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
Bulan Tahun
Tingkat Inflasi
Juni 2006
15,53%
Mei 2006
15,60%
April 2006
15,40%
Maret 2006
15,74%
Februari 2006
17,92%
Januari 2006
17,03%
Desember 2005
17,11%
Nopember 2005
18,38%
Oktober 2005
17,89%
September 2005
9,06%
Agustus 2005
8,33%
Juli 2005
7,84%
Juni 2005
7,42%
Mei 2005
7,40%
April 2005
8,12%
Maret 2005
8,81%
Februari 2005
7,15%
Januari 2005
7,32%
Desember 2004
6,40%
Nopember 2004
6,18%
2003
5,10%
2002
10,00%
2001
12,60%
            Sumber: Bank Indonesia

 

 

 
Untuk menanggulanginya terjadinya inflasi BI bisa melakukan Kebijakan uang ketat meliputi :
  1. peningkatan tingkat suku bunga;
  2. penjualan surat berharga (SBI);
  3. peningkatan cadangan kas;
  4. pengetatan pemberian kredit
Dalam pemulihan perekonomian makro, tim ekonomi pemerintah, harus mampu menciptakan kestabilan makro ekonomi, dengan menekan inflation rate menjadi single digit, sekitar 8 persen. Makro ekonomi yang menyangkut tiga komponen yaitu interest rate, inflation rate dan exchange rate, yang semuanya saling ketergantungan dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Di sisi lain, dengan diturunkannya BI rate, hal tersebut berpengaruh pada turunnya suku bunga perbankan dan akan mendorong investor menanamkan investasi lebih banyak. Aktivitas perekonomian terus berputar. Dengan demikian akan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang lebih besar secara bertahap, sehingga pendapatan masyarakat akan ikut naik. Dalam rangka meningkatkan iklim investasi secara nasional guna menanggulangi dan meningkatkan di berbagai sektor riil. Selain itu, pemerintah semestinya memfokuskan Free Trade Zone (FTZ) atau Zona Perdagangan Bebas, yang belum lama ini digagas Wapres Jusuf Kalla. Tidak kurang tujuh daerah baru yang akan ditunjuk untuk itu. Salah satunya adalah Propinsi Sumatra Utara. Namun, lokasinya belum ditetapkan. Namun sayang, pemerintah daerah setempat kurang meresponsnya dengan alasan tak jelas atau mungkin ketidaksiapan pemda, sehingga daerah ini akan kehilangan peluang untuk ditunjuk menjadi calon lokasi FTZ.
Adanya FTZ ini, semua ekonom sepakat bahwa FTZ adalah salah satu pilihan upaya yang efektif mendinamisasi atau bahkan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di satu kawasan. Para Perencana Wilayah mempunyai banyak pilihan untuk itu. Sebut saja, penetapan satu kawasan menjadi satu cluster bussines center (CBC), kawasan daerah pertumbuhan atau bahkan dalam kerangka kerja sama multilateral seperti IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle, Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, dan Thailand).
Demikian pula halnya dengan AFTA (ASEAN Free Trade Area, daerah perdagangan bebas ASEAN). Dalam persfektif lokal yang relatif sama, Batam juga dimaksudkan untuk itu. Dan kita bisa menyaksikan betapa besar kontribusi Otorita Batam sebagai daerah kawasan industri dan perdagangan bebas kepada kemajuan Provinsi Riau yang kemudian mampu mendorong terbentuknya satu Provinsi baru, Kepulauan Riau.
Bentuk perdagangan bebas dalam bentuk cluster kecil dalam satu negara, misalnya Batam (dulu ada juga Pulau Sabang) atau antara beberapa negara seperti AFTA, APEC, dan NAFTA merupakan implementasi daripada integrasi ekonomi yang bertujuan memacu atau mengakselerasi pertumbuhan ekonomi sebagaimana diutarakan Kindledger dan Linders (1978). Ada lima bentuk perdagangan yakni ;
  1. Kawasan perdagangan bebas,
  2. Custom union,
  3. Pasar bersama,
  4. Economic union, dan
  5. Supranational union.
Dalam perspektif terbatas, kawasan perdagangan bebas (FTZ), hanya mengambil sebagaian kecil daripada dimensi integrasi ekonomi itu. Hal itu terutama dimaksudkan untuk memperluas pasar, manfaat timbal balik dari perdagangan dan sebagai katalis untuk mencapai pertumbuhan dan pembangunan tatanan perekonomian nasional.
Ketika terjadi inflasi masyarakat akan menempatkan kebutuhan pangan sebagai prioritas utama dalam belanja rumah tangga. Sedang kebutuhan lainnya, termasuk pendidikan dan kesehatan, tidak masuk dalam prioritas.
Untuk itu, sebaiknya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) betul-betul bekerja keras meminimalisasi dampak inflasi terhadap ekonomi, terutama di tingkat rumah tangga, dengan memberikan insentif dan stimulus dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dinilai cukup longgar pascakenaikan BBM.
Pasar modal merupakan alternatif menggali pembiayaan pembangunan. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer), dengan adanya pasar modal pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih.
Pasar modal Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan sebagai bagian instrumen perekonomian, dimana indikasi yang dihasilkannya banyak dipicu oleh para peneliti maupun praktisi dalam melihat gambaran perekonomian Indonesia. Komitmen pemerintah Indonesia terhadap peran pasar modal tercermin dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 8 tentang pasar modal. Dimana dinyatakan bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi bagi masyarakat.
Sebagai salah satu instrumen perekonomian maka pasar modal tidak terlepas dari pengaruh yang berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan ekonomi mikro yaitu peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian deviden, perubahan strategi atau perubahan strategis dalam rapat umum pemegang saham, akan menjadi informasi yang menarik bagi para investor di pasar modal.
Selain lingkungan ekonomi mikro, perubahan lingkungan yang dimotori oleh kebijakan-kebijakan makro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun regulasi pemerintah dalam sektor riil dan keuangan, akan pula mempengaruhi gejolak di pasar modal.
Menurunnya nilai tukar mata uang negara-negara Asia Tenggara terhadap Dolar, yang dimulai dengan terdepresiasinya nilai tukar Bath Thailand terhadap Dolar Amerika serikat, yang kemudian diikuti oleh negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, yang meroket dengan angka tertinggi 15.000,00 rupiah per Dolar. Konsekuensinya menggetarkan sendi sosial ekonomi bangsa yaitu dengan meningkatnya laju inflasi dan yang tertinggi terjadi pada Desember 1998. Meningkatnya laju inflasi mengakibatkan menurunnya tingkat penjualan pada perusahaan-perusahaan publik sehingga laba yang mereka terima juga menurun Sejak terjadinya krisis moneter yang kemudian diikuti oleh krisis ekonomi mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap valuta domestik menurun. Padahal kepercayaan masyarakat terhadap valuta domestik merupakan kunci maju mundurnya ekonomi suatu negara, soalnya kepercayaan kepada mata uang dengan pelaksanaan pemerintahan atau kondisi politik memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (Makaliwe, Kontan 29 Januari 2001).
Kerugian yang dialami oleh perusahaan publik sebagai akibat memebengkaknya kewajiban luar negerinya mengakibatkan merosotnya kinerja fundamental perusahaan-perusahaan tersebut. Kemerosotan kinerja fundamental perusahaan atau emiten ditanggapi negatif oleh investor sebagaimana tercermin pada kemerosotan harga sahamnya dan indeksnya. Celakanya hampir seluruh emiten di Bursa Efek Jakarta, menderita kerugian selisih kurs karena memiliki hutang luar negeri yang mencapai 600 persen tersebut
Pada sektor moneter terjadi penurunan kredibilitas bank sentral, perbankan, dan lembaga keuangan lainnya. Dalam kondisi tersebut salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga bank, yang tujuannya adalah untuk menarik uang yang beredar di masyarakat dalam waktu yang relatif cepat, akibat buruk yang ditimbulkan dari kenaikan tingkat suku bunga simpanan ini mengakibatkan meningkatnya pula tingkat suku bunga kredit oleh bank, sehingga biaya bunga yang ditangung oleh para debitor yang sebagian besar pada sektor usaha menjadi semakin besar, hal ini mengakibatkan penurunan tingkat laba bahkan merugi. Merosotnya indeks harga saham gabungan mengakibatkan menurunnya kinerja dari pasar modal tersebut. Sebab keberhasilan pasar modal dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran sekuritas, hal ini dipengaruhi oleh permintan para investor akan sekuritas di pasar modal, dan indeks bursa adalah pengukur dari tingkat pengembalian pasar saham pada bursa efek jakarta.

 
PENGANGGURAN DI INDONESIA
Membaiknya beberapa indikator ekonomi seperti pulihnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar, menguatkan bursa saham, nilainya harga obligasi, inflasi yang mengalami penurunan dan cadangan devisa yang naik, memicu obtimisme pasar finansial.
Tetapi masyarakat tidak merasakan dampak dari perkembangan ekonomi ini, setelah kenaikan BBm sebesar 126%, daya beli masyarakat menurun, daya beli masyarakat menurun, investasi dalam negeri rendah dan penganggur terus naik.
Pada bulan oktober 2005 terdapat sebanyak 106,9 juta angkatan kerjadan 95,3 juta diantaranya bekerja serta 11,6 juta orang penganggut. Selama periode agustus 2004-oktober 2005, jumlah angkata kerja bertambah sekitar 2,9 juta, sementara dalam periode yang sama jumlah pertambahan tenaga kerja yang terserap hanya 1,6 juta orang. Perkembangan ini dalam jelas menujukkan bahwa kesempatan kerja adalah masalah yang serius di indonesia.
Masalah pengangguran ini kian lama kian mencemaskan katena jumlah pengangguran dalam beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan jmlah yang relatif besar. Pada tahun 2001, jumlah pengangguran telah mencapai 8,0 juta orang (8,10% dari angkatan kerja). Kemudian tahun 2002 meningkat menjadi 9,1 juta (9,06%), tahun 2003 mencapai 9,8 juta (9,57%), tahun 2004 mencapai 10,3 juta(9,86%) dan pada tahun 2005 mencapai 10,9 juta (10,26%).
Pada tahun 2005 juga, ekonomi indonesia mengalami perumbuhan di atas 5% dan dalam tahun 2006 ini asumsi pertumbuhan ekonomi di atas 5% tampaknya masih dapat diwujudkan. Yang menjadi pertanyaan, apakah pertumbhan ekonomi tersebut pro-penciptaan lapangan kerja atau sebaiknya?pertanyaan ini semakin nyaring kedengarannya katena dalam beberapa bulan terakhir ini semakin sering terdengar atau diberitakan bahwa beberapa perusahaan berencana mengurangi jumlah karyawannya karena berbagai hal. Alasan yang paling menonjol adalah ketidakmampuan perusahaan bersangkutan bersaing di pasar internasional dan pasat lokal sebagai akibat meningkatnya biaya energi dan belum turunnya biaya yang seharusnya tidak perlu seperti halnya biaya yang berkaitan dengan birokrasi.
Laju Pertumbuhan Indonesia
Bulan Tahun
Tingkat Inflasi
2001
1,60%
2001
3,80%
2003
4,30%
2004
  
triwulan. I-2005
6,40%
triwulan. II-2005
5,50%
triwulan. III-2005
5,30%
triwulan. IV-2005
4,90%
triwulan. I-2006
4,60%
            Sumber: Bank Indonesia
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan. Namun yang menjadi manifestasi utama sekaligus faktor penyebab rendahnya taraf hidup di negara-negara berkembang adalah terbatasnya penyerapan sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Jika dibandingkan dengan negara-negara maju, pemanfaatan sumber daya yang dilakukan oleh negara-negara berkembang relatif lebih rendah daripada yang dilakukan di negara-negara maju karena buruknya efisiensi dan efektivitas dari penggunaan sumber daya baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dua penyebab utama dari rendahnya pemanfaatan sumber daya manusia adalah karena tingkat pengangguran penuh dan tingkat pengangguran terselubung yang terlalu tinggi dan terus melonjak. Pengangguran penuh atau terbuka yakni terdiri dari orang-orang yang sebenarnya mampu dan ingin bekerja, akan tetapi tidak mendapatkan lapangan pekerjaan sama sekali.
Masalah pengangguran jika dibiarkan berlarut-larut maka sangat besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. Suatu krisis sosial ditandai dengan meningkatnya angka kriminalitas, tingginya angka kenakalan remaja, melonjaknya jumlah anak jalanan atau preman, dan besarnya kemungkinan untuk terjadi berbagai kekerasan sosial yang senantiasa menghantui masyarakat kita.
Bagi banyak orang, mendapatkan sebuah pekerjaan seperti mendapatkan harga diri. Kehilangan pekerjaan bisa dianggap kehilangan harga diri. Walaupun bukan pilihan semua orang, di zaman serba susah begini pengangguran dapat dianggap sebagai nasib. Seseorang bisa saja diputus hubungan kerja karena perusahaannya bangkrut. Padahal di masyarakat, jutaan penganggur juga antri menanti tenaganya dimanfaatkan.
Besarnya jumlah pengangguran di Indonesia lambat-laun akan menimbulkan banyak masalah sosial yang nantinya akan menjadi suatu krisis sosial, karena banyak orang yang frustasi menghadapi nasibnya. Pengangguran yang terjadi tidak saja menimpa para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen, pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.
Salah satu faktor yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara kita adalah terlampau banyak tenaga kerja yang diarahkan ke sektor formal sehingga ketika mereka kehilangan pekerjaan di sektor formal, mereka kelabakan dan tidak bisa berusaha untuk menciptakan pekerjaan sendiri di sektor informal. Justru orang-orang yang kurang berpendidikan bisa melakukan inovasi menciptakan kerja, entah sebagai joki yang menumpang di mobil atau joki payung kalau hujan. Juga para pedagang kaki lima dan tukang becak, bahkan orang demo saja dibayar. Yang menjadi kekhawatiran adalah jika banyak para penganggur yang mencari jalan keluar dengan mencari nafkah yang tidak halal. Banyak dari mereka yang menjadi pencopet, penjaja seks, pencuri, preman, penjual narkoba, dan sebagainya.
Masalah pengangguran tidak hanya menerpa masyarakat kalangan bawah saja. Masyarakat yang dirasa berkecukupan pun mengalami permasalahan tersebut. Banyak faktor yang mendukung terhadap permasalahan pengangguran, antara lain:
  1. Faktor Kemiskinan.
    Banyaknya jumlah pengangguran itu dari kalangan masyarakat miskin. Karena untuk mendapatkan pekerjaan itu membutuhkan biaya yang sangat besar. Contohnya: Di suatu pabrik, untuk menjadi seorang karyawan di suatu pabrik tersebut, harus ada orang dalam yang membantunya dan menjamin pekerjaan dapat diraih selain itu juga orang yang ingin masuk pabrik tersebut harus memakai jasa seorang calo dengan memberikan uang jerih payah. Dan nominal uang tersebut tidak sedikit. Kesimpulannya, orang yang tidak mempunyai uang, dia tidak bisa kerja.

     
  2. Faktor Pendidikan.
    Banyaknya anak putus sekolah juga merupakan salah satu faktor yang menunjang pengangguran. Karena untuk bekerja di zaman sekarang, harus bisa calistung (baca, tulis,hitung) minimal tamatan SLTP. Itupun hanya pekerjaan berkisar Pembantu Rumah Tangga (PRT), Baby Sitter, dan lain-lain. Namun, di era globalisasi sekarang sudah ada agen baby sitter dan PRT. Jadi semakin sulit anak yang putus sekolah itu mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan layak.
    Dari Pendidikan juga belum ada kurikulum yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian Sumber Daya Manusia yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
  3. Faktor Keahlian
    Untuk zaman sekarang, diperlukan manusia yang kreatif dan inovatif. Meskipun hanya lulusan SLTA, jika seseorang itu mempunyai keahlian dan keterampilan, maka orang tersebut bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. Contohnya: Membuat kue, membuat prakarya, dan lain-lain. Tetapi, masyarakat Indonesia pada umumnya malas untuk bekerja keras, bekerja dari nol, maka karena itu pula pengangguran tercipta.
  4. Faktor Budaya
    Telah disebutkan bahwa sindrom pengangguran tidak hanya terjadi di kalangan bawah saja. Namun, kalangan atas pun ada. Ini dikarenakan faktor budaya. Orang yang senantiasa hidup berkecukupan, ingin memperoleh pekerjaan yang layak. Sedangkan segala sesatu itu harus mengalami proses yang jelas. Kebanyakan dari orang tersebut menginginkan kerja enak saja tanpa melakukan proses.
  5. Faktor Pasaran
    Kurangnya lapangan kerja, banyaknya masyarakat yang terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikarenakan krisis ekonomi yang melanda negri ini, juga rendahnya kualitas SDM yang kurang memenuhi standar di lapangan kerja tersebut. Data menyebutkan bahwa Sejumlah 36,7 persen dari penganggur terbuka ini berusia muda antara 15-24 tahun.(Kompas, Sabtu 12 Februari 2005). Penganggur usia muda ini seharusnya adalah generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah. Maka telah terbukti, pembangunan nasional di indonesia tergolong sangat lamban. Menteri Tenaga Kerja Bomer Pasaribu mengungkapkan, hingga 10 tahun mendatang masalah pengangguran di Indonesia belum bisa dituntaskan, hanya bisa dikurangi. Penciptaan lapangan kerja sekarang ini hanya berkisar 1,5 juta sampai dua juta per tahun. Padahal di samping jumlah pengangguran sekitar 36 juta jiwa, setiap tahun ada sebanyak 2,5 juta sampai 3,5 juta pekerja baru yang masuk pasar tenaga kerja. (Kompas, Sabtu 24 Februari 2000).

 

 
Pengangguran terbuka bukanlah persoalan final yang mesti dihadapi. Masih ada angka pengangguran setengah terbuka, yakni tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per bulan. Menurut prediksi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) jumlah penganggur setengah terbuka tahun 2004 mencapai 28,93 juta orang atau 27,5 persen dari total angkatan kerja. (Kompas, Sabtu 12 Februari 2004).
Permasalahan pengangguran ini berdampak buruk bagi pemerintah. Karena menghambat program pemerintah dalam pemerataan pembangunan, juga menghambat program pemerintah untuk memakmurkan bangsa Indonesia.Maka dari itu pemerintah membuat solusi-solusi untuk mengurangi pengangguran. Pengangguran tidak bisa dihilangkan tetapi hanya bisa dikurangi. Mengingat keadaan ekonomi bangsa Indonesia itu sendiri yang masih belum mapan.
Untuk mengatasi masalah pengangguran pemerintah telah membuat 5 kebijakan. Antara lain:
  1. Mengubah kebijakan politik ekonomi makro, agar merangsang pertumbuhan ekonomi yang kemudian bisa menciptakan lapangan kerja baru.
  2. Membuat kebijakan fiskal dan moneter yang juga ramah terhadap tenaga kerja.
  3. Kebijakan ketiga, membangkitkan kembali kegiatan di sektor riil terutama yang bergerak di sektor usaha kecil dan menengah (UKM).
  4. Melakukan reformasi di bidang pertanahan. Selama ini tanah untuk kegiatan produksi, lebih banyak dikuasai secara terbatas oleh kalangan terbatas pula.
  5. Kebijakan kelima yang secara khusus sedang digarap Depnaker sekarang, ujar Pasaribu, melipatgandakan usaha peningkatan tenaga kerja di lingkungan keluarga yang berpendapatan kecil. Hal itu dilakukan melalui kerja sama dengan kelompok pengusaha kecil dan menengah dari Jepang. (Kompas, Sabtu 20 Februari 2000)
Pemulihan ekonomi juga merupakan alternatif utama yang dilakukan pemerintah. Namun belum terlihat hasilnya, dikarenakan keadaan ekonomi Indonesia juga yang terlibat hutang dengan luar negri.
Pemerintah juga mengajukan 2 kebijakan untuk mengatasi masalah pengangguran. Yaitu kebijakan makro (umum) dan kebijakan mikro (khusus). Kebijakan makro (umum) yang berkaitan erat dengan pengangguran, antara lain kebijakan makro ekonomi seperti moneter berupa uang beredar, tingkat suku bunga, inflasi dan nilai tukar yang melibatkan Bank Indonesia (Bank Sentral), fiskal (Departemen Keuangan) dan lainnya. Sedangkan kebijakan Mikro dijabarkan menjadi beberapa poin. Antara lain:
  • Pengembangan mindset dan wawasan penganggur, berangkat dari kesadaran bahwa setiap manusia sesungguhnya memilki potensi dalam dirinya namun sering tidak menyadari dan mengembangkan secara optimal.

 

 
  • Melakukan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan.
  • Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur.
  • Menyederhanakan perizinan karena dewasa ini terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan investasi masyarakat secara perorangan maupun berkelompok.
  • Mengaitkan secara erat (sinergi) masalah pengangguran dengan masalah di wilayah perkotaan lainnya, seperti sampah, pengendalian banjir, dan lingkungan yang tidak sehat. Sampah, misalnya, terdiri dari bahan organik yang dapat dijadikan kompos dan bahan non-organik yang dapat didaur ulang.
  • Mengembangkan suatu lembaga antarkerja secara profesional. Lembaga itu dapat disebutkan sebagai job center dan dibangun dan dikembangkan secara profesional sehingga dapat membimbing dan menyalurkan para pencari kerja.
  • Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi lebih ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil (skilled).
  • Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan.
  • Upayakan untuk mencegah perselisihan hubungan industrial (PHI) dan pemutusan hubungan kerja (PHK). PHI dewasa ini sangat banyak berperan terhadap penutupan perusahaan, penurunan produktivitas, penurunan permintaan produksi industri tertentu dan seterusnya. Akibatnya, bukan hanya tidak mampu menciptakan lapangan kerja baru, justru sebaliknya bermuara pada PHK yang berarti menambah jumlah penganggur.
  • Mengembangkan potensi kelautan kita. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mempunyai letak geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat potensial sebagai negara maritim. Potensi kelautan Indonesia perlu dikelola lebih baik supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang produktif dan remuneratif. (Suara Pembaruan Daily, 7 September 2004)

 
Untuk merubah masyarakat pengangguran menjadi masyarakat yang berpotensi memang tidaklah mudah. Ada beberapa langkah untuk memecahkan masalah pengangguran , antara lain:
Pertama, dilihat dari sektor pendidikan, kita harus menumbuhkan budaya baca dikalangan masyarakat. Agar masyarakat dapat lebih mengetahui betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup mereka. Bisa dilakukan dengan cara melakukan kegiatan belajar bersama dengan gratis. Itu pun harus didukung oleh keterlibatan masyarakat. Masih dari sektor pendidikan, untuk membantu program pemerintah dalam mengurangi masalah pengangguran di Indonesia, perpustakaan membuat seminar tentang menjadi manusia kreatif bagi generasi penerus bangsa. Dan disebarkan melalui iklan-iklan ke berbagai media baik media cetak maupun media elektronik tentang seminar tersebut yang diharapkan agar pengangguran dapat teratasi.Solusi untuk mengatasi permasalahan pengangguran tersebut bisa dilakukan dengan cara menjadikan seseorang yang ahli dalam entrepreuneur. Karena seorang entrepreuneur itu sangat membantu pemerintah dalam pemulihan ekonomi. Karena mereka berperan dalam menambah produksi nasional, menciptakan kesempatan kerja, membantu pemerintah mengurangi pengangguran, membantu pemerintah dalam pemerataan pembangunan, menambah sumber devisa bagi pemerintah, menambah sumber pendapatan negara dengan membayar pajak, dan membantu pemerintah dalam memakmurkan bangsa. Wirausaha pada sektor informal seperti PKL (pedagang kaki lima), lebih mulia dibandingkan dengan lulusan sarjana yang tidak jelas kerjanya.
Menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dan mempunyai keterampilan serta daya saing yang tinggi dalam persaingan global juga mampu mengatasi perngangguran. Ini bisa dilakukan dengan membangun semangat dan kekreatifan akan memulai bekerja.
Dimulai dengan mengemukakan sebuah slogan Cintailah produk dalam negri. Karena, dengan membeli produk luar negri, berarti itu sama saja telah menciptakan pengangguran di negri sendiri. Slogan ini harus dilakukan dengan gencar. Karena banyak dari masyarakat Indonesia umumnya kalangan menengah ke atas merasa gengsi untuk membeli produk dalam negri.
Mungkin dengan solusi-solusi tersebut, kita bisa meminimalisir adanya pengangguran di Indonesia. Intinya, Indonesia bisa bangkit dari keterpurukan pengangguran dengan cara menanamkan pendidikan sedini mungkin, yang didukung oleh fasilitas yang menunjang juga disertai keterlibatan masyarakat dalam membantu menangani masalah pengangguran tersebut.
Jadi, saya disini lebih menjelaskan kepada solusi agar Indonesia bangkit dari keterpurukan dan pengangguran. Jika saya berbicara tentang Indonesia yang bangkit dari keterpurukan, saya masih bingung. Karena jika dlihat secara general, Indonesia memang belum bangkit dari keterpurukan-keterpurukan yang ada. Contohnya, ekonomi yang masih belum stabil, budaya yang lambat laun menghilang dengan adanya peniruan budaya barat, agama yang kian lama terkikis sehingga banyak timbulnya kiamat kecil seperti pelaku pencurian, pembunuhan, pelecehan seksual, dan lain-lain yang jika kita lihat lagi kebelakang, salah satu penyebab semua itu terjadi adalah penganggur yang membutuhkan uang.

 

 
KAITAN MASALAH PENGANGGURAN DAN INFLASI
Ada empat faktor yang menentukan tingkat inflasi. Pertama, uang yang beredar baik uang tunai maupun giro. Kedua, perbandingan antara sektor moneter dan fisik barang yang tersedia. Ketiga, tingkat suku bunga bank juga ikut mempengaruhi laju inflasi. Suku bunga di Indonesia termasuk lebih tinggi dibandingkan negara di kawasan Asia. Keempat, tingkat inflasi ditentukan faktor fisik prasarana. Melonjaknya inflasipun karena dipicu oleh kebijakan pemerintah yang menarik subisidi sehingga harga listrik dan BBM meningkat. Kenaikan BBM tersebut cukup memberatkan masyarakat lapisan bawah karena dapat menimbulkan multiplier effect, mendorong kenaikan harga jenis barang lainnya yang dalam proses produksi maupun distribusinya menggunakan BBM.
Tingginya angka inflasi selanjutnya akan menurunkan daya beli masyarakat. Untuk bisa bertahan pada tingkat daya beli seperti sebelumnya, para pekerja harus mendapatkan gaji paling tidak sebesar tingkat inflasi. Kalau tidak, rakyat tidak lagi mampu membeli barang-barang yang diproduksi. Jika barang-barang yang diproduksi tidak ada yang membeli maka akan banyak perusahaan yang berkurang keuntungannya. Jika keuntungan perusahaan berkurang maka perusahaan akan berusaha untuk mereduksi cost sebagai konsekuensi atas berkurangnya keuntungan perusahaan. Hal inilah yang akan mendorong perusahaan untuk mengurangi jumlah pekerja/buruhnya dengan mem-PHK para buruh. Salah satu dari jalan keluar dari krisis ini adalah menstabilkan rupiah. Membaiknya nilai tukar rupiah tidak hanya tergantung kepada money suplly dari IMF, tetapi juga investor asing (global investment society) mengalirkan modalnya masuk ke Indonesia (capital inflow). Karena hal inilah maka pengendalian laju inflasi adalah penting dalam rangka mengendalikan angka pengangguran setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pada tahun 1980-an, pengangguran terbuka di Indonesia meningkat hampir dua kali lipat yaitu dari 1,7 persen pada tahun 1980 menjadi 3,2 persen pada tahun 1990. Pertumbuhan pengangguran di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan, yaitu meningkat dari 2,8 persen pada tahun 1980 menjadi 6,1 persen pada tahun 1990. Sebaliknya tingkat pengangguran di pedesaan menurun secara drastis yaitu dari 1,4 persen menjadi 0,1 persen.
Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran selama periode 1980 – 1990 pada semua tingkat pendidikan memper-lihatkan kecenderungan yang meningkat. Seterusnya, tingkat angkatan kerja berpendidikan di bawah Sekolah Dasar yang menganggur paling rendah sedangkan yang berpendidikan tinggi adalah yang paling tinggi, yaitu meningkat dari 1,8 persen pada 1980 menjadi 15,9 persen pada 1990.
Selanjutnya, tingkat pengangguran di kota Indonesia selama periode 1971-1980 relatifnya rendah dan memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Menurut Manning, kadar pengangguran rendah ini disebabkan karena:
  1. besarnya kemampuan sektor informal menyerap, bahkan menarik sejumlah besar penganggur,
  2. tingkat investasi pemerintah yang tinggi dalam projek pembangunan dan prasarana sosial (sekolah, klinik kesehatan dan lain-lain), dan
  3. pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan adanya peluang pekerjaan baru di luar bidang usaha tani di pedesaan.

 
Jumlah penduduk, angkatan kerja dan tingkat pengangguran di Indonesia
1980 – 2002 Uraian
1980
1985
1990
1995
2000
2002
Penduduk *
148,0
164,6
179,4
194,8
206.630
211.100
Angkatan Kerja**
52.421
63.826
77.803
86.361
95.651
100.800
Bekerja**
51.553
62.458
75.851
80.110
89.538
91.600
Pengangguran**
868
1.368
1.952
6.251
5.858
8.900
Tkt Pengangguran
1,7%
2,1%
2,5%
7,2%
6,1%
9,1%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
KESIMPULAN

 
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum batang-barang secara terus-menerus. Ini tidak bearti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu nik dengan persentase yang sama. Inflasi dapat digolongkan menjadi berikut ini: Penggolongan didasarkan pada parah tidaknya inflasi, Jenis Inflasi Menurut Sebabnya, dan Penggolongan inflasi didasarkan pada asal inflasi. Beberapa dampak dari inflasi adalah sebagai berikut: Dampak terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan, Inflasi dan Perkembangan Ekonomi, Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat, Berpengaruh langsung terhadap aktiva dan kewajiban masyarakat, Adanya penyesuaian suku bunga riil, Pengaruh terhadap tingkat bunga output secara keseluruhan, dan Dampak secara mikro terhadap efisiensi ekonomi. Selain itu juga inflasi bersumber dari Inflasi inersial, Inflasi Tarikan Permintaan dan Ekspektasi inflasi inersial. Inflasi juga memiliki faktor penyebab yaitu Penawaran uang, Pendapatan Nasional, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga SBI. Sedangkan cara mencegah inflasi terdiri dari : Kebijaksanaan Moneter, Kebijaksanaan Fiskal, Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi Pengangguran Terselubung, Setengah Menganggur,Pengangguran Terbuka. Berdasarkan penyebab terjadinya pengangguran dibedakan menjadi Pengangguran konjungtural, Pengangguran struktural, Pengangguran friksional,Pengangguran musiman, Pengangguran teknologi, Pengangguran siklus. Terdapat Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran yaitu Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja, Struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang, Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang, Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia, Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang. Inflasi memiliki berbagai dampak antara lain Dampak Pengangguran terhadap Perekonomian suatu Negara, Individu yang Meng-alaminya dan Masyarakat. Adanya bermacam-macam pengangguran membutuh-kan cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis seperti Pengangguran Struktural, Pengangguran Friksional, Pengangguran Musiman, Pengangguran Siklus.

 
DAFTAR PUSTAKA

 

 
Gunawan; 2000; Pengangguran Hanya Bisa Dikurangi; Jakarta; Kompas.
Hidayati, Nur; 2005; Menghitung Angka Pengangguran dan Harapan Yang Raib; Jakarta; Kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. jangan lupa klik suka ya